Khat Kufi merupakan kaligrafi Arab tertua dan sumber seluruh
kaligrafi Arab. Dinamakan Kufi karena berasal dari kota Kufah kemudian menyebar
ke seluruh jazirah Arab. Masyarakat Arab berusaha mengolah dan mempercantik
gaya Kufi dengan menyisipkan unsur-unsur ornamen sehingga lahirlah beragam
corak Kufi yang baru. Cara menulisnya pun tidak lagi terbatas pada bambu tapi
juga dengan pena, penggaris, segitiga, dan jangka. Khat Kufi pernah menjadi
satu-satunya tulisan yang digunakan untuk menyalin mushaf al-Qur’an. Selanjutnya
Kufi berubah menjadi seni yang berdiri
sendiri sebagai alat ekspresi para seniman kaligrafi. Meskipun cenderung kaku
dengan banyaknya sudut-sudut yang menjadi karakternya, Kufi sangat lentur dan
mudah diolah. Karena lebih tergantung kepada alat-alat bantu seperti penggaris,
maka siapapun dapat menulis Kufi tidak harus seorang Khattat.
B. Khat Naskhi
Khat Nasakh (Naskhi) adalah salah satu jenis Khat yang
paling mudah dibaca. Jenis inilah yang paling sering kita dapati ketika melihat
atau membaca tulisan ayat pada mushaf Al Qur’ân dan sering digunakan untuk
menyalin teks-teks ilmiah. Karena jenis ini relatif sangat mudah dibaca dan
ditulis, maka tulisan ini paling banyak digunakan oleh para muslim dan orang
Arab di belahan dunia.
(Kaligrafi Surat Al Fatihah dengan Khat Gaya Naskhi Karya seorang kaligrafer Turki)
Para ahli sejarah berpendapat, bahwa Ibnu Muqlah (272-328 H)adalah
peletak dasar Khat Naskhi dalam bentuknya yang sempurna di zaman Bani Abbas. Di
zaman kekuasaan Atabek Ali (545 H), usaha memperindah khat Naskhi mencapai
puncaknya sehingga terkenallah gaya yang disebut Naskhi Atabeki yang banyak
digunakan untuk menyalin mushaf al-Qurân di abad pertengahan Islam, dan
menggeser posisi Khat Kufi kuno yang banyak digunakan sebelumnya.
(Kaligrafi Ayat Kursi dengan Khat Gaya Naskhi Karya Abbas Al Baghdadi)
Khat ini disebut Naskhi karena para Khatthath (kaligrafer) menulis
mushaf al-Qurân dan berbagai buku dengan menggunakan gayanya. Sekarang
huruf-huruf Naskhi menyebar di aneka penerbitan untuk mencetak buku, koran, dan
majalah bahkan meluas menjadi huruf-huruf komputer. Jenis khat ini pula menjadi
gaya yang pertama kali wajib dipelajari oleh para pemula yang mempelajari seni
kaligrafi arab.
(Salah satu halaman Kitab Matan Jazariyah yang ditulis dengan Khat Naskhi)
C. Khat Tsulutsi
Khat Tsuluts (Tsulutsi) termasuk jenis khat yang populer, meskipun
jarang digunakan untuk tulisan Al Qur’an , karena bentuknya yang indah dan
dekoratif Tsuluts tetap memegang peran penting dalam dunia kaligrafi arab
sebagai tulisan hias. Ia banyak dipakai untuk penulisan judul, nama atau kepala
surat.
Khat Tsuluts juga banyak digunakan untuk dekorasi dinding
dan berbagai media karena kelenturannya. Ia dianggap paling sulit dibandingkan
gaya-gaya lain, baik dari segi kaedah ataupun proses penyusunannya yang
menuntut harmoni dan seimbang.
Berikut contoh karya Master kaligrafi dengan gaya Tsuluts :
(Shibghatallaahu waman ahsanu minallaahi shibghatan, Karya Muhammad Ozjay Kaligrafer Turki)
(Qad aflaha man tazakka, Karya Muhammad Ozjay Kaligrafer Turki)
(Al Muslimu man salimal muslimuna min lisanihi wayadihi, Karya Daud Bektasy Kaligrafer Turki)
Berikut contoh Desain Arabic Script bergaya tsulutsi oleh FATH DESIGN :
D. Khat Farisi
Disebut Khat Fârisi karena memang pertamakali dikembangkan oleh
orang-orang Persia (Iran). Sementara Ta’lîq berarti menggantung dinamai
demikian karena gaya tulisan ini terkesan menggantung. Gaya ini disukai oleh
orang-orang Arab dan merupakan gaya tulisan kaligrafi asli bagi orang Persia,
India, dan Turki.
Seorang kaligrafer Persia Mir Ali Sultan al-Tabrizi kemudian mengembangkan gaya ini lebih halus dan variatif menjadi Nasta'lîq, dari katai 'nasakh dan ta'lîq'. Namun demikian para kaligrafer Turki dan Persia tetap menggunakan tulisan ini pada momen-momen penting. Ta'lîq dan nasta'lîq biasa digunakan untuk penulisan literatur dan syair-syair tentang kepahlawanan, bukan untuk penulisan Mushaf Al Qur'an.
Seorang kaligrafer Persia Mir Ali Sultan al-Tabrizi kemudian mengembangkan gaya ini lebih halus dan variatif menjadi Nasta'lîq, dari katai 'nasakh dan ta'lîq'. Namun demikian para kaligrafer Turki dan Persia tetap menggunakan tulisan ini pada momen-momen penting. Ta'lîq dan nasta'lîq biasa digunakan untuk penulisan literatur dan syair-syair tentang kepahlawanan, bukan untuk penulisan Mushaf Al Qur'an.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar